PENGERTIAN POLA ASUH
Orang tua memiliki peran yang besar didalam membantu pertumbuhan dan perkembangan anak-anak mereka. Banyak penulis mencatat bahwa pola ibu penting dalam pembentukan tingkah laku anak yang baik. Orang tua mungkin berbeda tentang bagaimana mereka mencoba mengendalikan atau mendidik anak-anak mereka dan segala tindakan mereka. Hal tersebut merupakan pola yang menyeluruh yang akan mengimbas pada bentuk tingkah laku anak. Orang tua mengembangkan beraneka corak hubungan timbal-balik dengan anak-anak mereka.
Leni (1989) mendefinisikan pola asuh adalah cara, bentuk atau strategi dalam pendidikan keluarga yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya, Pembentukan pribadi anak yang positif tidak terlepas dari pola asuh yang diterapkan oleh orang tua di dalam keluarga. Orang tua sebagai kepala dalam keluarga mempunyai peran penuh untuk mengatur dan mendidik anak-anaknya. menurut Maichati dalam dayakisni (1988), pola asuh adalah perlakuan orang tua dalam memenuhi kebutuhan, memberi perlindungan dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam menerapkan pola asuh dayakisni (1988), pola asuh adalah perlakuan orang tua dalam memenuhi kebutuhan, memberi perlindungan dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam menerapkan pola asuh terhadap anak, orang tua tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik anak namun juga harus memenuhi kebutuhan psikis anak. Dengan kata lain pemenuhan kebutuhan fisik anak harus seimbang dengan pemenuhan kebutuhan psikis anak.
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa pola asuh adalah bagaimana cara orang tua mengasuh anaknya dalam arti memenuhi kebutuhan fisik dan psikis, yang mencakup bermacam-macam cara yang digunakan orang tua untuk mengkomunikasikan hal-hal yang penting dan dibutuhkan oleh anak dalam pembentukan kemandirian dan kedewasaan anak dan cara orang tua dalam menerapkan otoritasnya yang berupa pemberian aturan, hukuman maupun hadiah
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa pola asuh adalah bagaimana cara orang tua mengasuh anaknya dalam arti memenuhi kebutuhan fisik dan psikis, yang mencakup bermacam-macam cara yang digunakan orang tua untuk mengkomunikasikan hal-hal yang penting dan dibutuhkan oleh anak dalam pembentukan kemandirian dan kedewasaan anak dan cara orang tua dalam menerapkan otoritasnya yang berupa pemberian aturan, hukuman maupun hadiah
KISI-KISI ANGKET POLA ASUH ORANG
TUA
VARIABEL
|
INDIKATOR
|
ITEM POSITIF
|
ITEM NEGATIF
|
Pola asuh
orang tua
|
1. Cenderung
memberi perintah, melarang dan disiplin kaku.
2. Tidak
memonitori dan membimbing anak.
3. Keputusan
dibuat oleh orangtua.
|
3,4,6,7,8,9,13,15
2,5,17
1,12,14,16,18
|
10,11
|
ANGKET TENTANG POLA ASUH ORANG TUA
1
|
Saya dilarang mengikuti kegiatan yang
tidak disukai oleh orang tua
|
|||
2
|
Setiap hari saya harus bangun paling
lambat jam 5 pagi, dan tidur paling lambat jam 10 malam
|
|||
3
|
Saya tetap harus menyelesaikantugas dirumah,
walaupun saya sangat lelah
|
|||
4
|
Pembagian jadwal kerja atau tugas
dirumah ditetapkan oleh orang tua
|
|||
5
|
Hukuman dari orang tua saya bersifat
mutlak atau tidak bisa di tawar
|
|||
6
|
Semua perintah dari orang tua saya
harus saya laksanakan tanpa boleh membantah
|
|||
7
|
Peraturan yang telah ditetapkan orang
tua harus ditaati sepenuhnya
|
|||
8
|
Bila saya tidak dapat mengerjakan PR,
orang tua akan memarahi saya
|
|||
9
|
Apapun yang saya lakukan, orang tua
tidak pernah melarang
|
|||
10
|
Bila saya mendapatkan peringatan atau
hukuman dari sekolah, orang tua tidak mau perduli
|
|||
11
|
Bila nilai raport saya bagus, orang
tua tidak mau memuji saya
|
|||
12
|
Bila saya mendapat pujian dari orang
lain, orang tua menganggap saya hanya mencari perhatian
|
|||
13
|
Komunikasi dalam keluarga saya kurang
baik, karena kami saling acuh tak acuh
|
|||
14
|
Bila saya melanggar peraturan dirumah,
orang tua memberikan hukuman yang ringan agar saya tidak mengulanginya lagi
|
|||
15
|
Bila saya tampak murung/punya masalah,
orang tua tidak mau tau
|
|||
16
|
Bila saya tidak setuju pendapat orang
tua, mereka tidak mau tau
|
|||
17
|
Bila saya butuh bantuan, orang tua
tidak mau membantu
|
|||
18
|
sayaorang tua tidak pernah memonitori kegiatan
saya sehari-hari
|
Hubungan Pendidikan Orang Tua dengan Kemandirian Belajar
Pendidikan orang tua dalam belajar dalam keluarga merupakan inti dari pendidikan secara keseluruhan. Yang menjadi inti dari pendidikan orang tua adalah pendidikan agama adalah pendidikan keimanan dan inti pendidikan keimanan adalah ketauhidan. Pendidikan agama yang dilakukan sedini dan sebaik-baiknya akan memberikan fondasi kepribadian yang kokoh terutama dalam menghadapi berbagai tantangan yang datang dari luar dirinya. Keimanan yang kokoh akan menjadi fondasi utama dalam mewujudkan pribadi yang cerdas dan mandiri.
Kasih sayang dan keteladanan orang tua merupakan landasan pokok pendidikan orang tua dalam keluarga. Kasih sayang merupakan kebutuhaan asasi setiap anak. Oleh karena itu sentuhan kasih sayang dari orang tua kepada anak merupakan dasar bagi perkembangan anak dimasa depan. Dengan perlakuan yang baik didasari dengan kasih sayang, maka besar harapan anak berkembang menjadi sumber daya manusia yang taqwa dengan sendirinya produktif, kreatif sehingga menjadi manusia yang bermakna bagi dirinya sendiri, masyarakat bangsa dan negara.
Kerangka Berfikir
Jadi pendidikan keagamaan, keimanan, ketauhidan dan keteladanan yang diberikan orang tua kepada anaknya sendiri memberikan fondasi yang kokoh dalam menghadapi berbagai masalah dan bisa mewujudkan pribadi cerdas dan mandiri.
Rumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pemecahan masalah, yang mana kebenarannya harus dibuktikan melalui penelitian empiris yang dilaksanakan.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pemecahan masalah, yang mana kebenarannya harus dibuktikan melalui penelitian empiris yang dilaksanakan.
Hipotesis adalah suatu jawaban juga, yang dianggap benar kemungkinannya untuk menjadikan jawaban yang benar. Bila dengan data yang dapat disimpulkan bahwa itu benar, dicapailah konlusi pada hipotesa sudah berhenti, hipotesa menjadi tes. Winarno Surachmad, (1982:54)
Dengan demikian untuk memberikan arah pembahasan dan penganalisaan data dalam penelitian yang di peroleh maka perlu disusun hipotesis.
KISI-KISI
INTRUMENT ANGKET
TENTANG
PENDIDIKAN ORANG TUA DALAM KELUARGA
Variable
|
Aspek yang
diukur
|
Indikator
|
Nomor item
|
Jumlah item
|
Pendidikan
orang tua dalam keluarga
|
Dorongan
belajar
|
-
Memberi semngat
-
Memotivasi bila malas belajar
-
Dorongan bila prestasi belajar menurun
-
Bimbingan dan contoh belajar
|
1,5,8,18,19
|
5
|
Penghargaan
|
Penghargaan
atas prestasi
|
10,11
|
2
|
|
Sarana dan prasarana
|
- Lingkungan belajar yang baik
- Ketersediaan buku
|
4,15
|
2
|
|
Perhatian
dalan kondisi belajar
|
- Tingkah laku belajar
- Mendampingi dalam belajar
- Anjuran mengulangi pelajaran
- Membantu mengatasi kesulitan belajar
- Anjuran untuk mengerjakan PR
|
2,3,6,9,12,13,17
|
7
|
|
Kesempatan
mengembangkan diri
|
- Memberi ijin untuk belajar kelompok
- Tidak membebani dengan pekerjaan berat di rumah
- Memberi ijin ikut ekstrakurikuler
|
7,14,16,20
|
4
|
Tipe pola asuh orangtua
Berk (2000) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ada 4 model orang tua, yaitu: Authoritharian, Autoritative, Permisive dan Univolvet. Berbagai model orang tua tersebut sangat berpengaruh tidak hanya cara belajarnya. Berbagai ragam model orang tua akan mengatur tentang bagaimana anak menyesuaikan diri dengan metode dan pendekatan pengajaran disekolah dan bagaimana mereka berinteraksi dalam kelas.
a. Authoritharian
Pendekatan dengan mengatur yang lebih menggunakan otoritas dan mempunyai kecocokan yang tinggi. “Orang tua seperti ini memberikan perintah terbaik dan semuanya serba diatur dengan sangat ketat” (Darling 1999). Orang tua ini memberikan informasi atau perintah terbaik kepada anaknya yang harus diterima dengan tanpa pertimbangan. Akibatnya, hanya sedikit terjadi “memberi dan menerima” dengan anaknya, yaitu dengan tidak adanya pertanyaan.
b. Authoritative
Model ini adalah antara penuntut dan tanggung jawab. “Orang tua menahan kewibawaannya, berada pada pengendalian dan harapan kedewasaan tingkah laku dari anak-anak mereka “(Goodman dan Gurian, 1999). Mereka tegas tetapi tidak mencampuri dan membatasi.
Penelitian menunjukkan bahwa orang tua tipe ini merupakan pengaturan anak yang paling baik, istimewa dalam bidang kemampuan bersosial. “Anak-anak kelihatan memiliki rasa percaya diri yang lebih tinggi, peramah dan dewasa secara moral, menguasai pendidikan sekolah, menguasai pengendalian diri dan jenis ini adanya tidak banyak. “Berk, 2000, Darling, 1999; Goodman & Gurian, 1999, Huxle, 2001).
c. Permissive
Anak yang termasuk dalam asuhan orang tua tipe ini cenderung mementingkan diri sendiri, menghindarkan diri dari kesulitan dan memiliki faktor ketidak cocokan. Orang tua hangat dan menerima, tetapi sebagian besar perhatiannya tidak menekan kreatifitas anak. Orang tua ini terlalu menanamkan kepada perkembangan anak dan kebutuhan emosional, tetapi mempunyai kesulitan dalam batas-batas peraturan. Orang tua permissive mengijinkan anaknya menyusun sendiri kebijakannya pada usia yang belum saatnya (Berk, 2000).
d. Univolvet
Orang tua Univolvet rendah keduanya, yaitu perhatiannya dan tuntutannya. Mereka memberikan janji asal saja yang diberikan untuk anak, mereka hanya mencukupi hal-hal pokok atau penting saja, (Berk, 2000). “Perbedaan yang mencolok pada orang tua tipe ini bersifat mengabaikan dan menolak” (Goodman & Gurian, 1999). Seringkali orang tua jenis ini bersifat melepaskan dan menekan perasaan, sedikit waktu dan tenaga yang diluangkan untuk anak-anaknya. Mereka mungkin mengabulkan permintaan anak-anaknya untuk hal yang mudah, tetapi itupun memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkannya, tetapi mempunya pendirian tentang aturan dan tugas rumah dan penerimaan perilaku social rendah.
Posting Komentar